Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Memanfaatkan Portal Rumah Belajar Mewujudkan Merdeka Belajar Pada Mata Pelajaran Fisika di SMA YPPK Tiga Raja Timika Papua

Rabu, 1 Desember 2021 11:31 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan siswa. Strategi pembelajaran berdiferensiasi ada tiga yaitu strategi diferensiasi konten, proses dan produk. Pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan pemetaan kebutuhan siswa seperti minat, kesiapan belajar dan profil belajar. Pembelajaran berdiferensiasi dapat di integrasikan dengan portal rumah belajar karena rumah belajar dapat digunakan secara online dan offline. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan memanfaatkan portal rumah belajar dapat mewujudkan merdeka belajar.

Tema

“Kisah Guru Terapkan Merdeka Belajar”

 

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Dengan Memanfaatkan Portal Rumah Belajar

Dalam Mewujudkan Merdeka Belajar Pada Mata Pelajaran Fisika

Di SMA YPPK Tiga Raja Timika Papua

Maslan Lumban Gaol, S.Pd

SMA YPPK Tiga Raja

    [email protected]

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa SMA YPPK Tiga Raja Timika. Sebagian besar siswa mengatakan  bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit karena terlalu banyak rumus yang harus diingat. Sebagai pendidik yang mengampuh mata pelajaran fisika dan di tempatkan di daerah 3T, banyak kendala yang saya hadapi saat melakukan proses pembelajaran karena tingkat pemahaman siswa yang berbeda dan hanya sedikit di antara mereka yang memiliki motivasi untuk memahami materi lebih dalam. Ditambah lagi dengan kondisi pandemi covid-19 melanda Negeri ini.

Pandemi covid-19 datang membawa duka dalam pendidikan, karena tidak bisa melakukan pembelajaran tatap muka. Tetapi, pandemi sekaligus membawa suka karena banyak perubahan besar dalam cara berpikir saya sebagai pendidik. Sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum di SMA YPPK Tiga Raja Timika, harus bisa belajar mandiri dan berinovasi melalui google, youtube dan mengikuti pelatihan secara mandiri melalui webinar-webinar bagaimana melakukan pembelajaran jarak jauh yang menyenangkan dan bermakna. Saya dapat berbagi dan berkolaborasi dengan rekan guru cara menggunakan google classroom, google meet dan quis interaktif dengan dukungan dari bapak kepala sekolah. Dalam masa pandemi ini, saya banyak belajar bagaimana cara mengidentifikasi gaya belajar siswa seperti gaya belajar auditori (pendengaran), visual (penglihatan), kinestetik (gerak). Menurut saya, dengan adanya PT. Freeport Indonesia di Timika, memberikan dampak yang sangat besar, hingga kota ini mendapat julukan “Indonesia kecil”. Karena karyawan di  PT. Freeport Indonesia  berasal dari berbagai daerah di Indonesia, sehingga terdapat  keanekaragaman suku, agama, ras, budaya dan ekonomi sangat terlihat jelas. Hal itu menambah keunikan di kota Timika yang memiliki dua suku asli (Amungme dan Kamoro). Selain itu juga berdampak pada sekolah tempat saya mengajar.  Dimana peserta didik yang saya didik memiliki karakteriktik yang beragam karena dari latar belakang keluarga yang berbeda. Berdasarkan keberagaman itu, maka tingkat pemahaman peserta didik dalam pembelajaran juga menjadi beraneka ragam. Ada siswa yang satu kali diajar langsung memahami, tetapi ada yang harus diajar  berulang kali baru bisa memahami. Awalnya saya bingung, strategi apa yang paling tepat untuk  diterapkan kepada siswa yang mengeluh susah mengikuti pelajaran fisika, apalagi dalam kondisi pandemi. Bahkan banyak orang tua yang menghubungi saya tentang masalah yang dihadapi anaknya yang merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran fisika. Bersumber dari keberagaman ini saya memandang sumber daya murid yang luar biasa di sekolah yang menjadi aset atau kekuatan untuk melakukan perubahan pembelajaran fisika.

Berawal dari tantangan ini, saya semakin semangat untuk melakukan inovas-inovasi dalam pembelajaran. Cara pandang saya terhadap tingkat pemahaman siswa yang beranekaragaman bukan lagi masalah, tetapi menjadi sebuah kekuatan. Saya menyadari betul ketika minat siswa kurang dalam belajar, maka hal itu akan berdampak pada  nilai yang diperoleh di bawah KKM.  Jika hal ini dibiarkan berlarut, maka akan mempengaruhi nilai rapor dan pencapaian nilai ujian sekolah yang rendah. Menyikapi hal tersebut, tekat dalam hati saya mengubah pelajaran fisika dari keluhan, rasa sulit, membosankan menjadi diminati, mudah, asyik dan menyenangkan semakin kuat, dan masa pandemi ini menjadi waktu yang sangat banyak dalam melakukan inovasi.

Semangat  dalam melakukan perubahan dalam pembelajaran  fisika semakin bertumbuh saat saya mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dan mempelajari pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional, serta saya mengikuti PembaTIK Level 4 mewakili Papua. Saat mengikuti program PGP, saya banyak belajar bagaimana mewujudkan merdeka belajar di sekolah. Salah satu strategi pembelajaran dalam mewujudkan merdeka belajar adalah pembelajaran berdiferensisasi. Pembelajaran berdiferensiasi ini dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar.  Saya juga memanfaatkan portal rumah belajar, karena sangat cocok diterapkan dengan keberagaman karakteriktik peserta didik  SMA YPPK Tiga Raja. Program ini membuat langkah melakukan perubahan semakin mudah, yaitu  mempraktikkannya dalam aksi nyata  dengan membuat pemetaaan kebutuhan siswa berdasarkan minat, kesiapan dan profil belajar. Mengidentifikasi karakteriktik melalui pemetaan kebutuhan, sangat membantu saya dalam mengelompokkan siswa dan memudahkan saya dalam mengatur strategi selanjutnya. Strategi yang terdapat dalam pembelajaran berdiferensiasi seperti strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.

Pemetaan kebutuhan siswa berdasarkan hasil angket, wawancara dan observasi. Banyak harapan saya yang muncul, agar semua siswa menyenangi pelajaran fisika, dan  merasa bahagia serta tidak tertekan atau terbeban saat mengikuti pembelajaran. Saya terus melakukan inovasi bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dengan memanfaatkan rumah belajar menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik saya.

Dalam melakukan strategi berdiferensiasi konten sesuai dengan pemetaan kebutuhan peserta didik, saya belajar mandiri. Seperti menyiapkan video pembelajaran yang saya unggah di youtube, dan juga dari konten yang ada dalam sumber belajar pada rumah belajar. Saya memilih youtube supaya siswa bisa  menonton video pembelajaran yang saya buat kapan pun dan dimana saja. Saya juga memperlihatkan benda konkret yang saya integrasikan dengan kearifan budaya lokal, dengan harapan siswa semakin mengenal dan mencintai budaya lokal papua.  Saya juga banyak berkolaborasi dengan rekan kerja guru bagaimana membuat presentasi yang menarik. Seperti dengan menggunakan aplikasi canva dan google slide, hal ini membuat presentasi yang saya lakukan lebih menarik sehingga siswa  semakin bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Hati sangat gembira ketika yang saya lakukan berdampak pada keingintahuan lebih dalam dari peserta didik akan pelajaran fisika.

Pelaksanaan strategi kedua yaitu strategi diferensiasi proses, akan terlihat penerapannya saat kerja mandiri dan diskusi kelompok. Pada saat pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan aplikasi google meet dengan metode breakout room. Ketika menerapkan diferensiasi, maka pembelajaran sosial emosional dalam kesadaran sosial berempati dapat diterapkan juga, bagaimana siswa dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dari hasil diskusi kelompok. Siswa juga dapat belajar berkolaborasi dan saya dapat langsung memantau saat diskusi dan memberikan penjelasan kepada siswa yang saat itu belum memahami. Hal ini memudahkan saya dalam menyampaikan materi fisika sehingga peserta didik yang lebih cepat memahami tidak merasa bosan, bahkan secara mandiri mereka bisa belajar dan menjadi tutor sebaya bagi teman-temannya yang lain dan peserta didik yang memahami agak lebih lama  merasa diperhatikan oleh gurunya. Dan saya juga memanfaatkan laboratorium maya pada rumah belajar. Karena sekolah kami termasuk salah satu sekolah yang kekurangan alat dan bahan untuk praktikum. Sehingga peserta didik bisa menggunakannya sebagai alternatif dari kekurangan alat praktikum di sekolah.  Siswa dapat aktif melakukan praktikum di laboratorium maya. Hal itu saya lakukan agar semua siswa bisa bahagia dalam pembelajaran yang saya laksanakan.  Itulah tujuan Pendidikan yang paling utama. Seperti pemikiran Ki Hajar Dewantara, dimana pendidik sebagai penuntun anak-anak untuk mendapat kebahagiaan dalam belajar sesuai dengan kodrat peserta didik yang disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Walaupun sekolah terdapat  di daerah 3T tapi dalam proses pembelajaran tetap mengikuti pembelajaran dengan keterampilan abad-21. Guru dan siswa terampil dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga pembelajaran yang saya lakukan lebih interaktif yang membuat siswa lebih semangat dan termotivasi dalam belajar.

Dalam melakukan strategi diferensiasi yang terakhir yaitu diferensiasi produk, saya mengkolaborasikannya dengan model project based learning karena pembelajaran ini menggunakan proyek sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Melalui strategi dan model ini sangat terlihat jelas pelaksanaan merdeka belajar yang menjadi tujuan pendidikan. Tagihan tugas yang menjadi hasil atau produk dari pembelajaran yang menjadi salah satu acuan bagi guru dalam menilai peserta didik, apakah mereka sudah dapat memahami atau belum tentang materi yang disampaikan dalam pembelajaran. Peserta didik merdeka untuk memilih model produk, baik  berupa video, rekaman dalam bentuk audio, gambar, peta konsep, poster, artikel dan lain-lain. Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik ini membuat mereka tidak merasa terbeban. Tetapi mereka bisa mengekspresikan diri dan mengembangkan bakat yang mereka miliki.

Komitmen dari pendidik dan peserta didik mejadi kunci utama dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi, apalagi dengan kondisi pandemi saat ini. Sehingga bisa membawa perubahan dalam pencapaian proses pembelajaran dengan hasil yang meningkat. Saya sangat senang dengan pencapaian yang didapat oleh siswa setelah saya melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Nilai yang selama ini banyak di bawah KKM dan banyak peserta didik yang mengeluh dengan pelajaran fisika, yang menurut mereka sangat susah, sekarang pandangan mereka terhadap pelajaran fisika menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Sehingga pada saat penilaian ulangan harian, penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester terlihat hasil belajar peserta didik yang meningkat. Mereka lebih siap untuk mengikuti ujian karena mereka telah memiliki konsep belajar yang benar. Bahwa dalam belajar fisika bukan menghafal banyak rumusnya yang terpenting. Tetapi bagaimana mereka bisa mengetahui konsepnya. Karena ketika siswa mengerti konsep belajar yang benar dengan sendirinya mereka dapat menganalis pertanyaan dan persamaan mana yang akan digunakan dalam penyelesaiannya. Dan saya bangga ketika literasi siswa semakin meningkat, terbukti ketika saya dapat berkolaborasi dengan siswa membuat sebuah buku TTS Fisika. Mereka merdeka mengekspresikan ilmu yang sudah mereka dapat dalam sebuah produk TTS fisika.

Guru yang mengalami masalah yang sama seperti saya, khususnya guru yang mengampuh mata pelajaran fisika. Mari kita menjadi agen perubahan untuk mengubah cara pandang siswa tentang fisika yang sulit dan membosankan menjadi mudah dan menyenangkan. Tidak  ada masalah tanpa solusi, jika kita memiliki semangat untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Maka pembelajaran berdiferensiasi dengan strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses, diferensiasi produk dengan memanfaatkan portal rumah belajar dapat menjadi salah satu pilihan yang terbaik. Karena sangat berdampak positif untuk peningkatan kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran dan peningkatan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi bagi saya dan rekan guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa dan mewujudkan merdeka belajar sebagai tujuan Pendidikan. Dan percayalah setiap guru yang mau berinovasi, pasti akan selalu memiliki ide atau gagasan baru dalam meningkatkan mutu pendidikan. Mari, kita sebagai pendidik dari sabang sampai merauke bergandengan tangan dalam mewujudkan tujuan Pendidikan, yaitu merdeka belajar dengan profil pelajar pancasila.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           Salam Kasih,

                                                                                                Penulis

 

                                                                                              Maslan Lumban Gaol, S.Pd

 

Profil penulis:

 

  • Nama                         : Maslan Lumban Gaol, S.Pd. Akrab di sapa Maslan
  • Tempat tanggal lahir  : Sibatupaksa, 15 Agustus 1984
  • Motto saya                 : “Jadilah guru yang bermanfaat”
  • Guru mata pelajaran Fisika di SMA YPPK Tiga Raja Timika, Papua.
  • Penulis bisa dihubungi melalui,
  1. Email                                    : [email protected]
  2. FB/IG                                    : Maslan Lumban Gaol
  3. HP/WA                                 : 082124335868

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler